Senin, 02 Januari 2012


Republik Kekerasan
Tulisan ini saya kembangkan dari wacana di Metro TV.

Negeri ini seolah telah menjadi republic kekerasan. Berbagai bentrokan sudah banyak terjadi di negeri ini. Seakan hakim pengadilan sudah tak berfungsi. Yang ada hanya main hakim sendiri. Kekerasan banyak terjadi antara para demontrasi dengan para aparat. Jika sama – sama sudah tidak bisa menahan emosi, pasti terjadi bentrokkan, dan selalu ada korban. Seolah permasalahan yang ada sudah tidak bisa diselesaikan dengan jalan damai. Mereka menyelesaikan dengan cara kekerasan, padahal dengan begitu, masalah tidak akan selesai.

Alasan mengapa masyarakat mudah mengubar kemarahan dan kekerasan, karna soal beratnya tekanan hidup. Yang merupakan ekpresi dari sikap frustasi atas ketidakmampuan dalam menghadapi persoalan kehidupan.  Seperti merasa jalan ke depan begitu gelap dan tidak ada setitik cahaya yang bisa didapatkan. Untuk itu, harus dilakukan pembangunan harapan kembali. Pemerintah harus berperan untuk memeratakan kemakmuran dengan lebih berpihak kepada mereka yang tertinggal.

Jika pemerintah tidak memikirkan kemakmuran, mereka hanya peduli pada angka pertumbuhan, dan para aparat hanya peduli pada diri mereka masing – masing, maka akan terjadi hal yang seperti kekerasan tersebut. Untuk mencegah agar tidak menjadi “Republik Kekerasan”, maka harus ada langkah untuk memperbaiki keadaan ini.
Pertama, mengurangi rasa frustasi yang ada di dalam masyarakat. Jangan membiarkan mereka kehilangan harapan tentang suatu kemakmuran. Dan pemerintah juga harus tegas menegakkan aturan dan hukum. Ketidakadilan hukum dan ekonomi yang terjadi juga akan membuat masyarakat kehilangan kepercayaan kepada pemerintah dan pada akhirnya mereka menjadi tidak peduli akan adanya aturan dan hukum yang berlaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar